BERANDA

Senin, 05 Oktober 2009

Pencerahan Hati

PENCERAHAN HATI
JURUS JITU MENGUBAH KINERJA

Menjelang datangnya bulan suci Ramadhan 1419 H tepatnya tanggal 27-28 Agustus 2008 Cabang Dinas P dan K Kecamatan Kadur bekerja sama dengan Cabang Dinas P dan K Kecamatan Pasean mengadakan kegiatan Pencerahan Hati. Suatu kegiatan yang barangkali perdana di Pamekasan, khususnya dikalangan dinas yang merupakan komunitas para guru.
Pencerhan Hati suatu model pelatihan yang mengarahkan pada penyadaran rohani dan psikis peserta pelatihan. Pelatihan ini membidik peserta untuk mengenali dirinya tentang potensi diri, kelemahan diri, dan kelebihan diri, serta bagaimana menyikapinya. Peserta pelatihan dengan kesadaran penuh menyebutkan kelemahan dan kelebihan, potensi diri yang telah dimanfaatkan dan yang belum dimanfaatkan, dan bagaimana pengejawantahannya dalam profesinya sebagai guru atau dalam kedinasan.
Pengenalan peserta pelatihan tentang siapa sebenarnya dirinya dikemas dalam materi pelatihan yang inovatif dan kreatif, sehingga tidak ada kesan monoton dan menjenuhkan. Peserta pencerahan hati tampak antusias mengikuti setiap session yang sajikan.
Pelatihan yang diikuti 57 orang ini tampak berawal dengan teka teki dan pertanyaan besar dari peserta. Hal itu karena adanya anggapan dari sebagian peserta bahwa kegiatan ini tidak ubahnya seperti pengajian atau ceramah agama. Kegamangan ini tampaknya terhapus dengan sendirinya setelah materi membangun suasana terlaksana dan mulai memasuki materi inti yakni potensi diri, qolbu, ukhuwah dan kebrsamaan, adil dan profesional. Semua materi di atas disajikan dengan senantiasa menyentuh tugas dan tanggung jawab peserta selaku guru atau pendidik.
Tanggapan peserta memang beragam. Akan tetapi mereka mengaku miris dan terennyuh dalam perenungan yang dilakukan selama pelatihan, karena merasakan begitu banyaknya kelalaian dan kesia-siaan yang dilakukan selama ini dalam melaksanakan tugas kedinasan.

Akankan hal ini akan membuka kesadaran para peserta pelatihan sehingga mereka setelah pelatihan pencerahan hati ini akan berubah menjadi lebih baik?
Ataukah kesadaran akan diri yang telah diketahui dalam pelatihan ini hanyalah berefek sesaat saja?

Sungguh suatu harapan besar bisa terjadi dalam dunia pendidikan dasar kita. Perubahan aktivtas kedinasan dan jalannya pendidikan di SD negeri di Pamekasan ke arah yang lebih baik (khususnya bagi guru SD negeri yang bertugas di daerah pedesaan dan pedalaman) yang selama ini terlanjur mendapatkan predikat miring dalam aktivitas kedinasannya.
Harapan di atas bukanlah suatu yang utopis belaka. Hal itu sesuai dengan tujuan dari pelatihan ini yakni untuk meningkatkan keimanan dan ketqwaan kepada Allah Swt. dengan membuka mata hati guna mengenal siapa diri kita. Tujuan pelatihan ini sangat sesuai dengan visi dan misi hidup kita di dunia sebagaimana berikut ini.

VISI HIDUP
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa
kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.
[QS. 3.102]


TUJUAN / MISI HIDUP
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah pada-Ku
[QS. 51.56]
Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi
[QS. 2:30]

Pencerahan hati yang dilaksanakan di Ruang pertemuan SMK Negeri 3 dengan sejuknya AC tetap menyegarkan para peserta pelatihan sekalipun hanya sedikit sekali waktu istirahat yang disediakan panitia. Selain itu bagi peserta perokok dalam kegiatan ini ada perjuangan lebih untuk tidak merokok di ruang ber Ac. Kegigihan dan kegairahan peserta tetap terpelihara sampai kegiatan ini berakhir.

Pencerahan hati semoga menjadi jalan masuknya Hidayah Allah sehingga kita menjadi guru yang berselimut ridha dan kasih saying Allah. Amin.

Imam-KHairi/Red

Pakem Bumbu Puisi

PAKEM UNTUK BUMBU PUISI

Keberhasilan dalam pembelajaran di kelas merupakan dambaan seorang guru. Keberhasilan yang diharapkan tentunya sesuai tujuan yang telah diamanatkan dalam GBPP berikut indikatornya. Dengan mengacu pada tujuan yang ada dalam GBPP dan dengan tidak mengesampingkan rambu-rambu pembelajaran, maka guru diharapkan dapat menyusun rencana pembelajaran yang baik dan seefektif mungkin. Rencana pembelajaran tersebut dapat memancing aktivitas siswa sehingga anak didik tidak merasa bosan dan apatis terhadap guru. Membawa siswa pada suasana yang menyenangkan agar anak didik selalu ingin dekat dengan guru dan merasa betah di sekolah. Suasana yang demikian itu akan lebih setia dalam ingatan siswa dan tak akan mudah dilupakan. Hal tersebut tentunya membutukan kreatifitas dan kesungguhan kita sebagai pengelola pembelajaran di kelas. Di bawah ini penulis sajikan salah satu model pembelajaran puisi/sastra di kelas 1 semester 2 sekolah dasar dengan menggunakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM) dengan durasi 2 jam pelajaran (2x35 menit).

Materi Pelajaran Lagu
“Pergi Sekolah”
Oh ibu dan ayah
selamat pagi
Kupergi sekolah
sampai kan nanti
Selamat belajar nak
penuh semangat
Rajinlah selalu
tentu kau dapat
Hormati gurumu
Sayangi teman
Itulah tandanya
Kau murid budiman

A. Kegiatan Awal
Apersepsi tentang lagu ‘Pergi Sekolah’
B. Kegiatan Inti
1. Guru memperlihatkan syair lagu ‘Pergi Sekolah’ yang tertulis di karton manila pada siswa.
2. guru memberi contoh lagu ‘Pergi Sekolah’
3. siswa bersama guru menyanyikan lagu ‘Pergi Sekolah’
4. Siswa membentuk kelompok sesuai deret bangku. Misalnya kanan tengah dan kiri
5. Kelompok kanan menyanyikan lagu ‘Pergi Sekolah’ bait pertama dan kelompok tengah dan kiri diam
6. Kelompok tengah melanjutkan bait kedua, kelompok kanan dan kiri diam
7. Kelompok kiri melanjutkan bait ketiga, kelompok kanan dan tengah diam
8. Untuk melatih konsentrasi siswa, guru bisa menunjuk kelompok siswa secara acak untuk menyanyikan lagu ‘Pergi Sekolah’ bait tertentu sedangkan kelompok yang lain bersiap-siap menerima giliran bait berikutnya. Kelompo sisw ayang salah menyanyikan lagu tersebut diberi sanksi berupa menyanyiukan lagu ‘Pergi Sekolah’ secara lengkap.
9. Siswa mendeklamasikan syair lagu ‘Pergi Sekolah’ dengan bimbingan guru.
10. Siswa kelompok kanan mendeklamasikan syair lagu bait pertama, dengan ekspresi gerak dan mimik yang sesuai.
11. Siswa kelompok tengah mendeklamasikan syair lagu bait kedua dengan ekspresi gerak dan mimik yang sesuai.
12. Siswa kelompok kiri mendeklamsikan syair lagu bait ketiga dengan gerak dan mimik yang sesuai.
13. Untuk mengecek pemahaman siswa guru menyediakan syair lagu di karton manila dengan mengosongi 6 larik/baris lagu. Syair lagu yang dikosongi tersebut dituliskan kepada kartu larik lagu. Tugas siswa yaitu memasang kartu larik lagu yang diacak sesuai urutan larik yang benar pada karton yang ditempel di papan tulis. Setelah kartu terpasang dengan benar seluruhnya, selanjutnya
14. Siswa menyanyikan lagu ‘Pergi Sekolah’ bersama-sama sambil bertepuk tangan dengan dipandu oleh guru.

Penerapan prinsip keterpaduan dalam pembelajaran tampak pada model pembelajran di atas, yaitu keterpaduan antar keterampilan berbahasa dan keterpaduan lintas kurikulum. Keterpaduan antar keterampilan berbahasa tampak pada kegiatan pertama dan kegiatan kedua, yaitu siswa “menyimak” lagu yang dinyanyikan oleh guru. Dilanjutkan dnegan kegiatan “berbicara” yang tampak pada kegiatan ketiga, keempat, kelima, keenam, ketujuah, dan keempatbelas. Kemudian dilanjutkan dengan kegiaitan “membaca”yang tampak pada kegiatan kesembilan, kesepuluh, kesebelas, keduabelas dan ketigabelas. Sedangkan keterpaduan llintas kurikulum tampak pada sastra dengan mata pelajaran seni suara. Model pembelajaran di atas bisa digunakan untuk kelas lain dan dengan materi puisi yang lain tergantung materi pembelajaran terpilih dengan inovasi pemeblajaran yang Bapak/Ibu guru inginkan.
Guru menyediakan dafatar penilaian yang memuat hal-hal sebagai berikut : nomor, nama, aspek yang dinilai (pengucapan, gerak, mimik). Untuk mengisi daftar penilaian tersebut guru bisa menggunakan nilai A apabila pengucapan, gerak dan mimik tepat dan sesuai. Nilai B apabila pengucapan tepat tetapi gerak dan mimik kurang sesuai. Nilai C apabila pengucapan kurang tepat dan gerak mimik tidak sesuai. Nilai D apabila pengucapan sering salah dan gerak mimik sering salah. Penilaian ini tidak mengikat tergantung dari kreativitas Bapak dan Ibu guru. Akhirnya penulis mengucxapkan selamat mencoba. Semoga Bapak dan Ibu guru menjadi dambaan dan idola siswa didiknya.


Oleh Moh. Bahar, S. Pd.

SDN Pamoroh 01
Kecamatan Kadur

Mengajar dalam sebuah seni

Mengajar itu adalah seni. Karena, mengajar menuntut keterampilan dan kreativitas tersendiri dan sekaligus modal utama bagi seorang guru. Berusaha untuk bisa menikmati profesi sebagai seorang guru adalah hal yang mendasar dan sangat penting. Sebabnya, mendidik adalah pekerjaan berat yang menuntut komitmen dan konsentrasi tinggi. Disini seorang guru harus memiliki dan membekali keterampilan tersendiri. Membekali diri dengan keterampilan adalah menjadikan informasi, pengetahuan, dan atau yang diperoleh dari berbagai sumber (buku-buku dan pelatihan ataupun pendidikan semasa sekolah/kuliah) sebagai bahan untuk melahirkan inspirasi dan menemukan metode-metode baru yang inovatif dalam dunia pendidikan. Guru yang tidak mencintai profesinya akan mudah merasa gagal, sehingga gampang muncul di dalam pikirannya keinginan untuk berpindah ke profesi lain – alias tidak betah menjadi guru.
Dan perlu tetap kita sadari, meskipun berpendidikan tinggi, guru tetap memiliki peluang kegagalan yang besar. Tingkat pencapaian pendidikan (formal) belum menentukan segala-galanya. Gelar yang disandang guru, bukanlah jaminan keberhasilan. Bahkan, sebaliknya, sangat mungkin gelar atau status pendidikan yang dimiliki guru dapat menjadi bumerang menuju kegagalan. Hal ini bisa terjadi ketika guru terlalu yakin dengan kemampuan yang dimilikinya, atau terlalu percaya diri dengan ilmu yang telah dipelajarinya di bangku kuliah dulu.
Kita sering lupa bahwa, sebagai manusia, kita hanya mampu berusaha. Selebihnya, keputusan akhir tentang hasil usaha kita tetap bergantung kepada Allah swt. Sebagian dari kita kerap lupa, bekerja keras mesti diikuti dengan bertawakkal, yakni berserah diri kepada Allah serta mengharapkan peran Allah sebagai Sang Pencipta dan Pengatur.
Sikap guru yang terlalu yakin dengan kemampuannya, hingga mengabaikan peran Allah akan membuatnya kehilangan kekuatan jiwa tatkala menjumpai masalah. Padahal, terlalu banyak masalah dalam dunia pendidikan dan bisa terjadi setiap waktu. Salah satu masalah terpenting yang senantiasa dihadapi guru adalah subyek pendidikan, yakni murid. Murid adalah anak manusia, sedangkan manusia dalam segala sisi kehidupannya masih tetap misteri. Manusia tidak bisa dihadapi dengan rumus-rumus baku yang bisa dihapal dan dicatat. Kemisteriusan manusia ini tetap melekat dalam kehidupannya dan menjadi bagian dari rahasia Sang Pencipta.
Ilmu yang didapat guru semasa kuliah hanya bisa digunakan sebagai pedoman. Sementara itu berhasil tidaknya proses pembelajaran tetap harus diserahkan kepada Allah. Doa-doa yang selalu dipanjatkan guru bakal turut menentukan keberhasilan lebih lanjut. Intinya, guru harus senantiasa melibatkan Allah dalam menjalani profesinya. Sebabnya, sebagai Sang Pencipta, Allah-lah yang paling mengetahui seluk beluk ciptaan Nya, dalam hal ini, diri manusia.
Rasa putus asa akibat hilangnya kekuatan jiwa akan mudah membawa guru pada sikap keras hati dan kasar kepada anak didik. Padahal, sikap seperti inilah yang justru akan membuat dia tidak memiliki kharisma di hadapan siswanya itu. Dia tidak bisa tampil menjadi figur yang “sejuk” karena sikap kasarnya itu. Guru yang seperti ini tidak akan memiliki wibawa, sehingga kata-katanya menjadi tidak memiliki bobot yang berarti untuk mempengaruhi jiwa siswa. Dari sinilah kegagalan demi kegagalan seorang guru dimulai. Bagaimana mungkin guru bisa menanamkan nilai dan ilmu bila kata-katanya sudah tidak lagi meninggalkan kesan yanng mendalam pada jiwa anak?
Sebaliknya, guru yang dalam pekerjaanya selalu menyerahkan hasilnya kepada Allah, niscaya ia akan berada dalam situasi yang seimbang antara harap dan cemas. Situasi seperti ini akan membuat hatinya tidak keras, sehingga lebih mudah berlaku lembut dan menerima keadaan siswa apa adanya. Emosinya tetap stabil baik ketika ia bertemu dengan siswa yang berperilaku baik ataupun jelek. Kelembutan semacam ini akan membuat dia terhindar dari masalah. Emosionalitas seorang guru yang stabil akan membuat anak didik senang berdekat-dekat kepadanya. Karenanya itu, kalimat-kalimatnya akan mudah diterima dan dipahami siswa. Nah, kalau kalimat-kalimat seorang guru didengar siswanya, maka harapan untuk mudah mentransformasikan materi pelajaran, melalui pengajaran yang dilaksanakannya akan mudah diterimanya.
Disinilah tampak adanya hubungan timbal balik antara kelembutan bukan kelemahan hati seorang guru dengan tingginya prestasi anak. Seperti sudah ditandaskan di atas, Allah swt. Telah berfirman : “Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari segururmu “ (Q.S. Ali Imran [3]: 159). Dalam ayat lain Allah juga berfirman, “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Firaun) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut” (Q.S. Tāhā [20]: 44). Maha Benar Allah dengan segala firmannya.
Bila orang mencintai sesuatu pastilah ia akan berperilaku lembut terhadap sesuatu yang dicintainya itu. Lantas, obyek yang “dilembuti” tersebut akan langsung merasakan bahwa saat itu ia sedang dicintai. Sebaliknya, obyek yang dikasari akan merasa bahwa ia sedang tidak dicintai. Maka, demikianlah halnya dengan anak didik. Jika siswa selalu menemukan kelembutan setiap kali berinteraksi dengan guru, maka siswa akan meyakini bahwa guru memang mencintai mereka. Dan, anak yang merasa dicintai guru akan memiliki kecenderungan yang sangat kuat untuk membalas mencintai guru.
Balasan cinta murid terhadap cinta guru adalah munculnya sikap patuh, senang berdekat-dekat, selalu ingin berbuat sesuatu yang menyenangkan guru, menjadikan guru sebagai tempat mengadu, mudah menerima segala keputusan yang diambil guru, bahkan mengidolakan guru. Sifat-sifat ini sangat positif dalam memacu prestasi murid. Guru harus mampu mengambil hati murid agar mereka bisa bersikap positif terhadap dirinya. Jika sudah seperti ini, murid takkan mengerjakan isntruksi guru secara terpaksa. Namun, murid akan melaksanakan tugas dan petunjuk guru dengan senang hati dan santai. Hal ini akan mudah memunculkan kreativitas, bukan kejenuhan, di dalam diri murid.
Nah, dengan modal utama cinta adalah kelembutan sikap. Kelembutan akan membuahkan cinta, dan cinta akan semakin merekatkan hubungan guru dengan para siswanya. Berlakulah secara lembut kepada murid sepanjang waktu, niscaya murid tak akan meninggalkan guru. Walaupun hal ini tidak mudah dilaksanakan, namun tak ada alasan bagi seorang guru untuk berbuat kasar atau keras. Seperti sudah ditegaskan dari awal, bahwasannya pendidikan adalah dunia yang terlahir dari rahim kasih sayang. Seorang ibu yang mengasuh dan membesarkan anaknya adalah wujud rasa kasih sayangnya yangbegitu besar. Kalau seorang ibu sudah digelapkan hatinya hingga ia tidak memiliki rasa kasih sayang kepada bayinya, maka tentu ia akan membuang atau meninggalkan bayinya itu jauh-jauh, bukan repot-repaot mendidiknya. Nah, pendidikan lahir dari kasih sayang seperti itu. 

Imam Sugiyanto

Kertagena Daja o2 Kadur

Medio Juni 2007