BERANDA

Senin, 05 Juni 2006

Seni Lukis

SENI LUKIS DI TAMAN KANAK-KANAK

I. PENGERTIAN MELUKIS ANAK-ANAK
Melukis adalah sesuatu usaha untuk mencurahkan / menuangkan / mengungkapkan segala perasaan dengan suatu alat melalui bidang datar. Jika anak-anak merasa belum puas dengan hasilnya, maka ia akan tetap meneruskan goresan-goresan tersebut sampai terjadi seperti benang kusut tersebut bukan tanpa arti, tetapi semua goresan tersebut berarti hasil ungkapan perasaan yang ada pada anak, goresan-goresan itu merupakan hasil awal yang menunjukkan adanya koordinasi antara gerak tangan dengan gerak bola mata yang untuk kehidupan selanjutnya hal itu mempunyai arti yang sangat besar.
Sehingga setiap goresan yang ada di bidang tersebut mempunyai makna ungkapan perasaan yang ada di bidang tersebut mempunyai makna ungkapan perasaan yang ada di dalam jiwa. Pada anak-anak hal tersbut mengalir dengan sendirinya yang dilakukan sambil bermain saja. Permainan sebagai bahan yang menyeluruh dari kehidupan anak merupakan bagian dimana anak-anak dengan spontan menirukan perbuatan orang dewasa termasuk dalam melukis ini. Kesenangan dan kemudian kepuasan anak-anak dalam menggambar/melukis ini diawali dengan perbuatan menitu-niru perbuatan orang dewasa. Diambilnya kertas, diambilnya alat kelir, kemudian dibuatnya goresan-goresan yang tidak tentu arahnya. Puaskah mereka dengan perbuatan itu ? …. tentu saja ia puas, buktinya kesukaannya untuk membuat gorean-goresan itu semakin meningkat, sekalipun bagi kita goresan-goresan tersebut sama sekali tidak menggambarkan sesuatu bentuk apapun. Jadi kepuasan tidak terletak pada hasilnya akan tetapi pada proses pembuatannya.











II. PEMAHAMAN SENI LUKIS ANAK
A. Ciri Umum
Anak berbuat dan mencipta atas dasar nalar anak-anak, apa yang mereka ungkapkan lewat pikiran serta perasaan yang terwujud/tertuang di dalam karya seni lukis, tidaklah terbatas pada apa yang terlihat oleh mata saja melainkan sampai pada mereka khayalkan. Banyak sedikitnya unsur-unsur atau bentuk pada lukisan anak sangat tergantung pada keasyikan pemikiran dan fantasi anak. Sehingga lebih banyak yang diceritakan, lebih banyak pula bentuk yang dimunculkan.
Berdasarkan daya nalar anak yang wajar dan spontan maka hasilnya tampak benar-benar naif (kekanak-kanakan). Ungkapan pribadinya tampil dalam berbagai bentuk dengan makna simbolik yang masing-masing terbawa oleh intuisi sepenuhnya dan lebih mendekati bermain tanpa didasari akan alam kesadarannya.
Tipe anak ada 3 kelompok :
1. Tipe visual 
Tipe anak yang cenderung melukis sesuai dengan apa yang dilihat oleh mata
2. Tipe non visual
Anak yang melukis sesuai dengan mata hatinya sehingga suatu obyek dapat digambar / dilukis berubah sesuai dengan pengolahan subyek
3. Tipe campuran
Dalam pembinaan seni lukis anak-anak hendaknya tidak memakai ukuran / kacamata orang dewasa (setiap hasil karya merupakan rekaman pribadinya). Pada tahap awal pelaksanaan bimbingan dapat dilaksanakan secara klasikal, untuk selanjutnya secara individual.

PERIODISASI LOWENFELD
Sebuah ikhtisar ringkas yang dipetik dari buku “Creative and Mental Growth”. Sebuah buku penting tentang seni rupa anak-anak dengan berbagai pandangan maju dan kepuasan mendalam dari sudut psikologi .
Ditulis oleh Victor Lowenfeld.



PERIODE CORENG-CORENG (SCRIBBLING PERIOD)
Periode ini berlaku bagi anak berusia 2 sampai 4 tahun (masa pra sekolah) Merupakan pengalaman dari aktivitas motorik yang mewujud dalam goresan tebal tipis dengan arah yang belum terkendali. Pada tahap ini, unsur warna tak begitu penting. Periode ini terbagi menjadi 3 tahap :
1. Corengan tak beraturan 
Bentuk sembarangan, mencoreng tanpa melihat ke kertas belum dapat membuat coretan berupa lingkaran, bersemangat, adalah ciri-ciri tahapan mencoreng paling awal ini.














2. Corengan terkendali
Mulai menjadi semakin penting, karena anak mulai menemukan kendali visualnya terhadap coretan yang dibuatnya. Atau, terjadi adanya koordinasi antara perkembangan visual dan perkembangan motorik. Goresan dibuat dengan penuh semangat. Terdapat pengulangan pencoretan garis, baik horizontal, vertikal, lengkung, bahkan lingkaran.









3. Coretan Bernama
Merupakan tahap terakhir masa mencoreng dengan ciri-cirinya, bentuk yang semakin bervariasi, anak mulai memberi nama-nama pada hasil coretannya, menggunakan waktu yang semakin banyak. Warna mulai menyita perhatian anak.
Periode ini lebih didasari oleh perkembangan fisik dan jiwa anak, bukan oleh suatu maksud menggambarkan sesuatu. Dengan apa saja dan dimana saja, tiap anak (normal) pasti suka mencoreng-coreng, sesuai dengan tuntutan aktivitas kinestik yang ada padanya dan meningkat sesuai perkembangan fisik dan jiwa mereka. Pada tahap ini anak tidak perlu diajar menggambar sesuatu. Juga tak perlu mencari meraka gambar apa dari coreng-coreng itu. Cukup memberi perhatian terhadap apa yang dikerjakan anak, agar ia merasa bahwa cara berkomunikasi lewat coreng-coreng semacam itu dapat diterima orang dewasa.










Memang sepintas mungkin tak berarti, tapi gambar “benang bundet” sangatlah berarti dan penting bagi penciptanya. Juga tak baik bila memaksa anak untuk menyebut dan menjelaskan ciptaannya itu. Karena dapat membuat anak merasa gambarnya tak komunikatif, tak jelas karena ayah atau ibunya ternyata tak memahaminya. Setelah mereka gagal anak tidak lagi suka melakukan aktivitas itu. Hendaknya kepercayaan dan semangat diberikan pada mereka ketika anak tengah asyik mencoreng-coreng.
PERIODE PRA BAGAN (PRE SCHEMATIC PERIOD)
Periode ini berlaku bagi anak usia 4 dampai 7 tahun. Periode ini manjadi sangat penting karena dalam lingkup sosial yang lebih luas, anak mendapat kesempatan mencipta, menjelajah, bereksperimen dan berbagai hal baru yang erat kaitannya dengan perkembangan jiwa, rasa maupun emosi mereka.
Berbagai pengalaman berarti mereka temukan oleh adanya interaksi dengan dunia baru, teman sekolah, guru, pelajaran, alat peraga, atau disiplin.







Anak mulai menggambar bentuk-bentik yang berhubungan dengan dunia sekitar mereka. Anak membangun ikatan emosional dengan apa yang digambar. Pada mulanya bentuk-bentuk makins ulit dikenali gambar manusia, rumah atau pohon. Usia 6 tahun, gambar manusia mendapat perhatian mereka, walaupun masih sangat sederhana.
Sepanjang periode pra bagan, perhatian dan gairah anak lebih tertuju pada hubungan warna obyek. Sedangkan konsep ruang anak pada periode ini tak lain ialah apa yang ada disekitar dirinya. Menjadikan tiadanya hubungan logis obyek satu dengan yang lain. Mengajarkan konsep orang dewasa mengenai ruang pada periode ini hanyalah menciptakan konflik pada diri anak yang menghancurkan kepercayaan anak akan kemampuan kreatifnya.

B. Gaya Lukisan Anak
Sesuai dengan jiwa kehidupan anak-anak pada dasarnya mempunyai sifat bermain, bebas, gembira serta spontan dan secara tidak langsung juga bereksperimental, sifat-sifat yang seperti tersebut di atas itulah yang dapat terlihat pada setiap karya anak-anak. 


















C. Sifat Lukisan Anak
Melukis bagi anak adalah media ekspresi yang paling memungkinkan bagi anak sesuai dengan tahap perkembangannya. Anak-anak bebas berekspresi menurut tema dan cara masing-masing, sebab dengan demikian keberanian serta kesnggupan anak lebih dari yang diduga.


Sifat lukisan anak pada umumnya sebagao berikut :
1. Lukisan anak adalah ungkapan yang berdasar pengertian logika anak yang disebut “IDEOGRAFISME”










Kalau kita perhatikan gamabar tersebut di atas anak melukis muka manusia dari samping, walaupun dari obyek sebenarnya, manusia itu kalau diliha t dari samping matanya hanya kelihatan salah satu saja tetapi menurut visi/penglihatan anak mata tersebut masih kelihatan dua, sehingga oleh anak tetap melukis dengan kelihatan dua mata.

2. Gambar tersebut di bawah ini menunjukkan bahwa anak sering cenderung mengulang-ulang bentuk-bentuk yang telah dikuasai, sifat semacam ini disebut OTOMATISME atau gejala STEOROTIP, misalnya bentuk manusia yang sama dan diulang-ulang meskipun warnanya berbeda-beda atau burung terbang yang bentuk sama dan diulang-ulang.










3. Ketika anak melukis manusia dalam gerak, tidak semua anggota atau bagian badan manusia tersebut dilukis, melainkan hanya bagian-bagian yang perlu atau yang menarik saja, inipun juga dilukis diluar proporsi, misalnya menjadi lebih besar atau lebih panjang lihat contoh gambar. (Ibu sedang menyapu), hanya dilukis satu tangan saja yang memegang sapu (satu tangan saja yang berperan) sedang tangan yang satunya tidak dilukis oleh anak, karena dianggap tidak berperan
Jadi anak hanya melukis apa yang ia lihat dan yang perlu atau yang dianggap penting dan menarik saja, sedang yang diluar apa yang dipikirkan tidak akan terungkap.



 

4. Ada hal yang lucu tapi logis buat anak-anak, ialah sifat perebahan dan pelipatan, yang disebut pula sifat tegak lurus. Benda apa yang berdiri tegak pada suatu garis datar, akan dilukis tegak lurus pada garis datar tersebut. Meskipun garis datar tersebut letaknya berbelok-belok ke mana-mana, sehingga membuat bentuk/benda tersebut tampak rebah










5. Hal aneh lainnya sifat tembus pandang atau yang disebut “TRANSPARANT”. Ketika melukis sesuatu dengan berbagai benda obyek, tak akan meluliskan semua apa yang dilihatnya, walau ada beberapa benda dalam satu ruang atau tempat tertutup, akibatnya terjadi apa yang disebut tembus pandang tersebut.
Contoh, ibu dan kakak duduk di dalam rumah dan tertutup dinding, namun yang dilukis juga semuanya berikut perabot rumahnya, atau tulisan kucing makan tikus, tikus yang ada dalam perut kucing masih di lukis juga









6. Pemecahan masalah ruang ( kedalaman – dimensi, perspektif ) pada bidang datar, diatas dengan diatas pemikiran anak secara praktis yang disebut “ JUXTAPOSISI” yaitu anak melukis benda-denda yang jauh dibagian atas bidang kertas, sedang benda-benda yang kelihatandekat diletakkan bagian bawah. Benda dan obyeknya menyebar memenuhi komposisi tetapi kelihatan artistik.










7. Sifatnya SIMETRIS ( sama pada dua sisi )
Maksudnya dalam melukis sesuata obyek sering timbul keinginan untuk melukis hal-hal yang sifatnya adimetris menjadi simetris. Contoh gambar dengan dua pohan di kiri dan kanan, dua gunung kembar dengan matahari di tengah, setangkai bunga dengan daun di kiri dan kanan.

  












8. PROPORSI (perbandingan ukuran)
Anak-anak lebih mementingkan proporsi nilai dari pada prop[orsi fisik, dengan membuat hal-hal yang lebih penting berperan menjadi besar.











9. Lukisan anak mempunyai sifat NARATIF( bercerita) dijelaskan di muka, melukis bagi anak adalah sarana pengungkapan perasaabn atau gejolak jiea. Jadi lukisan itu merupakan ceritera anak, dan bukan sekedar cerahan hasil aktifitas motorik atau gerak anatomis maka kita perlu menanggapi secara wajar dan bersifat menerima dan menghargai. 











III. PEMBINAAN SENI LUKIS DI TAMAN KANAK- KANAK
Membantu anak- anak dalam kegiatan melukis di TK tidak boleh disamakan dengan menanamkan nilai- nilai pengembangan yang lain. Tanpa memahami dunia kesenirupaan mereka, kita tidak mungkin dapat memberikan bimbingan atau binaan pada mereka. Bentuk bantuan/ pembinaan yang dapat diberikan pada anak didik di Taman Kanak- Kanak ada 3 hal yang penting yaitu :
a. SIKAP
Dalam membina kegiatan melukis bagi anak- anak TK diperlukan sikap tersendiri yang tentunya sesuai dengan tujuan kita yaitu agar mereka dapat berekspresi dengan leluasa sehingga daya cipta yang ada pada dirinya dapat berkembang secara optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut diatas ada 2 hal yang harus mendapat perhatian yaitu “SIKAP AWAL” dan “SIKAP AKHIR” 
1. SIKAP AWAL
Umumnya anak yang berkembang wajar, tanpa disuruh atau diberi dorongan ia akan senang menggambar/melukis kapan saja, menggunakan apa saja dan dimana saja. Perbuatan anak seperti ini cukup spontan dan karena spontanitasnya inimelukis dan sekaligus lukisannya ini mempunyai makna yang besar bagi perkembangannya. Untuk anak-anak yang seperti ini motivasi melukis tidak perlu lagi karena melukis sudah menjadi suatu kebutuhan bagi mereka. Lain hal dengan anak yang sulit untuk melakukan kegiatan menggambar/melukis ini, guru harus berperan aktif memberikan stimulasi agar anak mulai menggambar / melukis dengan melalui berbagai cerita atau membantu dalam mengungkapkan ide.
Membantu anak yang tidak kunjung berhasildalam mengekspresikan diri melalui kegiatan melukis ini. Ada beberapa hal untuk membantu meningkatkan minat anak dalam melukis yaitu: Guru ikut/turut aktif mencarikan ide yang akan digambar/dilukis misalnya dengan bercerita, memperlihatkan obyek langsung diajak berjalan –jalan, dan sebagainya, dan anak disuruh kembali menceritakan dalam bentuk lukisan.
2. SIKAP AKHIR
Setiap selesai kegiatan melukis, hasil lukisan anak harus “DINILAI” oleh guru ,kadang-kadang dirumahpun minta penilaian pada orang tuanya. Bentuk penilaian yang kita berikan pada anak hanya cukup memberikan pujian dan komentar seperlunya sambil memberi semangat kepada anak.

b. MEDIA YANG DIGUNAKAN
Media / alat yang digunakan untuk melukis digunakan anak-anak adalah : 
• Spidol berwarna
• Pensil berwarna
• Crayon/ pastel
• Cat kental buatan untuk finger painting

c. PENYAJIAN MATERI
Dalam menyajikan materi seni lukis, hendaknya guru dapat menyesuaikan dengan kondisi anak pada saat itu, serta mengetengahkan tema berbagai hal yang nyata sampai pada peristiwa-peristiwa dalam kehidupan sehari-hari, keindahan alam sekitar, seni budaya serta cerita-cerita yang menarik anak dan sebagainya.

IV. BEBERAPA HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PEMBINAAN SENI LUKIS ANAK
1. Memandang setiap hasil karya anak sebagai rekaman pribadinya.
2. Ketika anak sedang berkarya, hendaknya selalu diberi kesempatan yang luas untuk mengungkan pengalamannya secara bebas (ekspresi).
3. Hubungan anak dengan lingkungan alam serta saat masa pekanya harus di pelihara dengan baik.
4. Penelusuran serta pemberian dorongan kepada anak untuk mengungkapkan pengalamannya merupakan cara untuk mengembangkan tehnis melukis anak.
5. Hindarkan pemberian teknik/cara (teori) tertentu yang dipakai orang dewasa untuk melukis anak-anak.
6. Apabila diperlukan bantuan atau perbaikan, diberikan secara tidak terpaksa.
7. Penilaian dilaksanakan, di samping pada hasil akhir juga proses pembuatan karya,.Saat anak berkarya di usahakan suasana bebas dan segar.
8. Tuntutan di laksanakan dalam bentuk pertayaan yang di ajukan secara bijaksana dan lebih lanjut diberikan melalui pengenalan langsung pada benda sesungguhnya. 
9. Apabila dimungkinkan anak dibimbing untuk menemukan kesalahannya melalui pengalaman anak.
   
 

Imam Sugiyanto

e_mediacom@yahoo.com